Menurut Edward T. Hall (1973), karakteristik komunikasi konteks rendah dicirikan oleh pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas, dan berterus terang. Mereka mengatakan apa yang mereka maksudkan (they say what they mean) dan memaksudkan apa yang mereka katakan (they mean what they say). Jika mereka setuju atau menerima, maka mereka katakan "Yes" dan jika sebaliknya, maka mereka katakan "No". Pada umumnya terjadi pada budaya di negara Swiss, Jerman, Skandinavia, Amerika Serikat, Perancis, Inggris dan lain-lain.
Sedangkan komunikasi konteks tinggi ditandai dengan pesan bersifat eksplisit, tidak langsung, dan tidak terus terang. Pesan yang sebenarnya mungkin tersembunyi dalam perilaku non verbalnya seperti intonasi suara, gerakan tangan, ekspresi wajah, tatapan mata atau bahkan konteks fisik (dandanan, penataan ruangan, benda-benda dan sebagainya). Contohnya adalah bahasa Cina yang makna kata-katanya sering berdasarkan konteks tertentu.
Indonesia termasuk budaya komunikasi konteks tinggi, meskipun tidak berarti bahwa seluruh penduduk Indonesia berkomunikasi konteks tinggi. Misalnya orang Batak dipandang berbicara langsung dan lugas. Namun secara umum, komunikasi kita termasuk komunikasi konteks tinggi.
Perhatikan saja, kalau ada tetangga atau kawan anda datang ke rumah untuk satu keperluan, misalnya mau minjam uang. Ia pasti berbicara ngalor-ngidul dulu dengan sederet pertanyaan. Setelah dirasa cukup basa-basinya, dengan sedikit malu akhirnya berkata,"Aduh gimana ya, sebenarnya saya datang ke sini mau minta tolong. Anu .. saya mau pinjam uang, kalau ada." Nah lu !!
Gaya komunikasi konteks tinggi ini seringkali mengesalkan orang2 yang terbiasa berkomunikasi konteks rendah. Kalau berbicara mereka berputar-putar, tidak langsung ke pokok pembicaraan. Kesannya ribet banget dan buang2 energi. Tapi orang2 yang bergaya komunikasi konteks tinggi juga tidak jarang mengesalkan orang2 komunikasi konteks rendah. Bicara mereka yang langsung dan lugas kadang2 bisa membuat orang tersinggung dan dinilai tidak sopan.
Jadi pilih yang mana ? Komunikasi konteks tinggi atau komunikasi konteks rendah. Jawabannya relatif. Sesuaikan saja dengan siapa mitra komunikasi kita. Jika dia terbiasa berkomunikasi konteks tinggi .. ya ikuti saja. Begitu juga sebaliknya.
Dalam konteks budaya Indonesia, dianjurkan menggunakan komunikasi konteks sedang (istilah ini suka2 aku aja). Perpaduan sisi positif antara komunikasi konteks tinggi dan komunikasi konteks rendah. Komunikasi konteks sedang ditandai dengan pesan yang disampaikan langsung, lugas dan sopan. Prolognya dikit aja .. jangan panjang2 :)