Klinik Motivasi

Kamis, Oktober 21, 2010

Memahami Pembentukan Memori Pada Anak

Proses pembentukan memori pada anak terjadi bukan karena gelombang otaknya dalam keadaan alpha. Karena menurut penelitian, semua otak anak berada dalam gelombang alpha. Jadi proses pembentukan memori pada anak lebih tepatnya karena pada masa kecil, sel saraf yang tangannya bergerak untuk menyimpan informasi sangat sedikit berhubungan satu sama lain. Sel saraf ini akan terhubung satu sama lain untuk menyimpan data memori. Sehingga mudah menerima informasi yang masuk ke otaknya.


Proses penerimaan dan penyimpanan memori pada anak dimulai pada saat hamil. Menurut teorinya ada yang mengatakan usia kehamilan 10 minggu atau 12 minggu. Mulai saat itulah neuron-neuron tadi membentuk jaringan atau saling berhubungan satu sama lain.
Memori yang terbentuk pada anak pada saat ibu hamil berasal dari apa yang ibu lihat, apa yang ibu dengar dan apa yang ibu rasakan. Informasi dari ibu tadi disimpan oleh bayi melalui pendengaran dan perasaannya. Informasi ini kemudian akan menjadi pondasi dasar proses berpikir anak selama ibu hamil.

Data memori pada anak selama dalam kandungan, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

1. Kuantitas informasi

Keaktifan seorang ibu yang hamil mempengaruhi seberapa banyak data memori yang masuk ke bayi. Jika sang ibu tidak terlalu aktif pada saat hamil misalnya banyak berdiam diri saja, banyak dimanja oleh suami, orang tua, mertua karena cucu pertama, maka data yang masuk ke otak anakpun sedikit sesuai dengan kondisi ibunya. Begitu juga sebaliknya, jika ibunya selama hamil atraktif maka data yang masuk ke otak anak untuk menjadi data memori akan lebih banyak.

2. Kualitas informasi

Data memori pada anak juga dipengaruhi dari kualitas informasi yang diterima dari si ibu pada saat hamil tersebut. Hal ini sangat penting diperhatikan. Misalnya informasi yang masuk tentang kecemburuan istri terhadap suami, pertengkaran suami-istri, istri suka menggosip tetangga, berkelahi sama mertua dan lain sebagainya. Maka tunggulah, saat anda menanam maka anda juga yang akan memetiknya.

Oleh karena itu, pernikahan jika sudah melihat yang di atas, bukanlah perkara main2. Seorang laki2 yang menikah maka motivasinya dibangun dari kesadaran pentingnya berumah tangga. Dalam agama, dikatakan pernikahan sebagai sebuah ibadah. Jadilah seorang suami yang dapat menjadi pemimpin (leader) dan memberikan contoh yang baik bagi rumah tangga yang dibangun. Bukan sekedar menikah hanya karena "jadi duluan" atau pas karena "kecelakaan".

Suasana yang baik juga perlu diperhatikan oleh orang2 di lingkungan si ibu hamil tersebut seperti orang tua maupun mertua. Misalnya karena tidak setuju dengan pernikahan anaknya, maka anaknya ditakut-takuti atau diancam."Cari suami kayak gitu, mama ngga mau terima. Awas lo, kalo datang ke rumah, suamimu atau istrimu ngga usah dibawa". Hal ini secara tidak langsung, akan berakibat fatal bagi pembentukan pondasi memori pada anak. Karena data-data kebencian, permusuhan dan sebagainya akan masuk dan menjadi pondasi dasar memori anak.

Sehingga penting juga diperhatikan untuk calon mertua. Jika anak anda menikah berarti itu sudah keputusannya. Maka doronglah ia untuk berpikir yang baik. Anda terima pernikahan itu karena memang sudah konsekuensi dari keputusan anda juga.

Kemudian seorang ibu hamil juga perlu berhati2 terhadap informasi yang tidak sengaja dilihat, didengar dan dirasakannya. Misalnya menonton infotainment dan juga sinetron. Penuh dengan gosip. Perceraian. Perselingkuhan. Sehingga menimbulkan rasa jengkel dan juga kekhawatiran. Dan ini dapat masuk menjadi data memori pada anak. Sehingga jangan heran, jika anak sudah besar nanti sebentar2 khawatir dan sebagainya.

Selanjutnya, ketika ibu sudah melahirkan, maka informasi yang masuk ke otak anak juga lebih lengkap. Ketika dalam kandungan, informasi yang anak terima melalui pendengaran dan perasaannya. Setelah anak lahir, terjadi pergerakan antara satu neuron ke neuron yang lain di dalam otaknya pada saat dia melihat, mendengar dan merasakan sesuatu. Misalnya melihat senyuman, melihat tangisan, perkelahian, melihat ayah dan ibunya bertengkar, melihat wajah marah orang tuanya, menyimpan kata-kata yang lembut sampai yang kasar yang dia dengar dari orang tuanya, data-data pukulan, belaian, kasih sayang dan sebagainya.

Pada fase ini, orang tua terutama tetap harus memperhatikan kuantitas dan kualitas informasi yang diterima oleh si anak. Kemampuan menyerap dan menyimpan informasi akan terus berlanjut. Inilah masa2 golden age (0-5 tahun).Ingat .. merubah itu lebih sulit dibandingkan membentuk perilaku anak !

Perkembangan sel saraf sangat dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu ONLI :

1. Oksigen

Otak perlu oksigen yang cukup. Pada tahap ini, hindari bayi mengalami kekejangan karena dapat menyebabkan sel-sel saraf mati dan tidak berkembang sama sekali. Tergantung nanti sel saraf bagian mana yang mati, apakah kemampuan berbicara dan yang lainnya sehingga anak akan menjadi berkebutuhan khusus seperti autis, HDHD dan lain sebagainya.

2. Nutrisi

Sangat penting pemberian ASI eksklusif oleh si ibu kepada anak usia 0-6 bulan. Setelah 6 bulan, baru bayi diberikan makanan pendamping. Sebelum usia itu, cukup ASI saja karena pencernaannya belum siap sehingga jika diberikan makanan terlebih dahulu akan mengganggu absorsi / penyerapan nutrisi di tubuhnya.

3. Love (Kasih Sayang)

Pada saat anda menghargai terhadap yang dilakukan anak sekecil apapun, maka sel2 saraf akan dialiri impuls listrik sehingga ikatan neuron menjadi memori sangat kuat pada apa yang anda hargai. Misalnya ketika anak belajar menulis, sejelek apapun tulisannya, seaneh apapun gambar yang dia buat maka hargai dia. Maka memori anak terhadap menulis akan sangat kuat. Anda tidak akan menyuruh anak belajar menulis dengan membentak2nya. Memori otaknya akan mendorongnya untuk melakukan hal tersebut karena penghargaan yang anda lakukan. Namun jika anda melecehkannya, jangan harap impuls listrik akan mengalir pada memori menulisnya.

4. Informasi

Pada saat informasi masuk, maka sel saraf akan membentuk sinaps untuk menyimpannya. Bentuknya digital. Bukan analog. Informasi ini akan menjadi pondasi dasar berpikir yang akan mendorong anak untuk mengatakan sesuatu atau berperilaku. Jika anak tidak bisa berbicara, berarti data yang masuk ke dalam otaknya adalah yang membuat dia tidak mau berbicara. Bisa jadi karena anak jarang diajak bicara ortu. Untuk mengatasinya maka ajaklah anak lebih sering berbicara.

Tambahan : biasanya bayi prematur lebih cerdas dibandingkan bayi yang dilahirkan dalam keadaan cukup bulan. Hal ini disebabkan karena bayi prematur lebih dahulu menerima informasi *lahirnya kan duluan ? he3 Karena kecemasan dan kekhawatiran orang tua sehingga memberikan asupan gizi yang banyak, fokus perhatian sehingga kasih sayangnya lebih besar.

Sumber : Dialog Parenting dengan dr. A. Fadly Noor, CHt, M.NLP (Direktur International School of Neurohypnosis & Neurohypnoteraphy Banjarmasin-Kalsel) pada tanggal 14 Oktober 2010 pukul 11.00-13.00 wita. (Dini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar