Menurutnya hal ini disebabkan program pendidikan seksual saat ini tidak hanya mencakup fakta-fakta biologis, tapi juga menyuguhkan informasi dan keterampilan praktis kepada para remaja mengenai soal berkencan, hubungan seks, dan penggunaan kontrasepsi. Di Indonesia sendiri, pemerintah melalui BKKBN mengeluarkan kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi melalui penyuluhan dan seminar, buku saku dan dirumuskan dalam kurikulum formal maupun non formal. Dari segi muatan (materi) yang memberikan gambar dan penjelasan vulgar, provokatif (keinginan untuk mencoba) serta tidak tepat sasaran (lebih tepat untuk pasutri). Tidak aneh, jika di Amerika sendiri, remaja belum menikah yang aktif melakukan kegiatan seks dan menggunakan alat kontrasepsi lebih besar dibandingkan yang menikah.
Davina menghimbau agar umat Islam waspada terhadap program Kesehatan Reproduksi Remaja yang dirumuskan berlandaskan pemikiran sekuler-liberal.
Sedangkan dr. Lely Hartati, Praktisi Kesehatan Puskesmas Pesayangan Martapura menyampaikan konsep kesehatan reproduksi dalam Islam. Pendidikan seks berbasis aqidah Islam tidak diberikan secara vulgar seperti dalam sosialisasi kespro remaja saat ini. Tetapi, ia telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan anak dalam membentuk kepribadian Islam yang tangguh. Menyiapkan anak untuk mampu menjalani peran dan tanggung jawabnya sebagai laki-laki dan perempuan, tanpa merasa superior dan inferior oleh jenis kelaminnya.
Untuk itu Lely juga mengingatkan kepada para orang tua untuk menjalankan perannya sebagai pendidik pertama dan utama. Hal ini juga melibatkan sinergi antara orangtua, sekolah, masyarakat dan negara.
Seminar ini dihadiri ratusan peserta dari kalangan pelajar SMP, SMA dan guru se Banjarmasin. Dimeriahkan juga penampilan kabaret dari Kelompok Remaja Cerdas Muslimah HTI Kalsel. Diakhiri dengan pengumuman pemenang Lomba Mading tingkat Pelajar se-Banjarmasin. (Dini Bjm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar