Klinik Motivasi

Kamis, Juli 02, 2009

Setiap Hari dalam Hidupku adalah Istimewa

Senin, 15 Juni 2009, pagi yang indah. Kuberangkat ke kantor dengan penuh semangat. Sepertinya kalimat ”I hate Monday” yang biasa kuungkapkan tiap senin datang seolah hilang. Aku senang sekali hari ini. Mungkin karena doa-doa yang disampaikan kepadaku. Beberapa hari sebelum hari lahirku, sudah ada yang mengucapkan selamat. Dilanjutkan dengan ucapan, doa dan kado yang berdatangan silih berganti. Disampaikan baik secara langsung maupun melalui sms, telepon, facebook, chatting. Bahkan siangnya kepala studio ku mengajak kami makan-makan sebagai tanda syukur. Meskipun setelah itu beliau mengguyurkan air ke kerudung dan jilbabku. Jadilah aku kedinginan karena pakaianku basah dan tidak sempat ganti baju karena harus siaran lagi.


Bagiku, hari ulang tahun bukanlah hari yang istimewa. Karena menurutku setiap hari dalam hidupku adalah istimewa. Aku dikelilingi oleh orang-orang yang istimewa. ’Abah’ dan kedua adikku, Helma dan Ami, yang mencintai, mendukung, dan menerimaku apa adanya, dalam segala kondisi dan badai. Cowokku yang ngegemesin dengan enam buah gigi tumbuh di gusinya, si ’Fitri’ ponakanku. Usianya yang masih sangat muda, delapan bulan mampu menghilangkan kemumetan pikiranku dengan kelucuannya. Empat ’acilku’ yang siap mendengarkan curhat dan dengan kecerewetannya menasehatiku. Mereka sudah seperti ’ibu kedua bagiku’.

Manager dan teman2 kantorku yang mendampingiku mencari sesuap nasi. Dengan kejailan, keusilan dan juga keceriaan, mereka sudah memberikan warna tersendiri dalam hidupku.

Teman-teman pengajianku yang selalu setia memompa semangat perjuanganku. Ngingetin kalo aku mulai lalai dan sibuk dengan kehidupan dunia. Ngerefresh lagi tujuan hidupku bahwa seorang muslim punya misi untuk beribadah kepada-Nya.

Dan temen-temenku di dunia maya. Meskipun tidak pernah bertatap muka namun berkomunikasi dengan kalian membuatku seolah bertemu dengan teman yang telah lama ku kenal.

Yang terakhir, bukan berarti yang terkecil karena aku selalu save the best for the last, seperti ketika aku makan telur selalu putihnya duluan, maka dengan segala pujian, Alhamdulillah aku punya Allah swt. Yang tiada pernah berhenti melimpahkan rahmat-Nya walaupun kadang-kadang aku sering melupakan-Nya. Astaghfirullah ...

Subhanallah .. betapa istimewanya hidupku. Dan aku tidak ingin lagi kehilangan kesempatan membahagiakan mereka. Seperti yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu....

Tepatnya di tahun 2002, beberapa kali ibuku mengajak kami untuk makan bersama di luar. Hal yang jarang sekali kami sekeluarga lakukan karena kesibukan. Remaja yang sibuk mencari identitas diri dan bersosialisasi dengan lingkungan luar. Kami terus mencari waktu yang tepat. Berkompromi dengan jadwal masing-masing. Namun kesepakatan tidak pernah tercapai sampai sekarang. Karena beberapa minggu kemudian, di akhir bulan Sya’ban, ibuku mendadak tak sadarkan diri. Komplikasi jantung, paru-paru, liver dan radang otak yang dideritanya selama lima tahun menyerangnya. Koma empat belas hari di Rumah Sakit. Cukup membuatku sangat-sangat menyesal tidak mengindahkan keinginannya. Atas saran dokter, aku terus menyenandungkan ayat al-Qur’an di telinga ibuku. Tampak mulutnya keliatan bergerak seolah mengikuti bacaanku. Meskipun dokter memberiku peringatan untuk bersiap menerima hal yang terburuk. Karena persentase hidup pasien koma terserang radang otak hanya 10 %. Doa senantiasa kupanjatkan dalam sholat wajib dan sunnatku agar ibuku diberi kesembuhan. Walaupun jika memang takdirnya tidak sesuai keinginanku, aku hanya ingin diberikan kesempatan kedua agar aku bisa memohon ampun atas kesalahan-kesalahanku.

Alhamdulillah .. hari kesebelas belas ibuku sadar. Tak hentinya kupanjatkan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa. Dengan kemampuan komunikasi terbatas, ibuku bertanya kenapa sampai terbaring di RS. Kamipun berusaha menenangkannya dan menghiburnya. Meskipun mungkin itu tidak berpengaruh pada sakit yang dirasakannya. Kurasakan cengkraman tangannya yang sangat kuat menggenggam tanganku saat dokter memasukkan alat suntik untuk menyedot air di dalam paru-parunya. Ternyata tidak membuahkan hasil. Sehingga dokter harus beberapa kali melakukan hal itu. Ya Allah .. saat itu ingin rasanya menggantikannya. Melihat orang yang kita sayangi kesakitan sedangkan kita tak bisa berbuat apa-apa untuk meringankan bebannya ternyata lebih sakit. Saat itu aku mengerti kenapa ibuku suka marah-marah jika aku tidak segera minum obat jika sakit, tidak segera makan jika waktunya tiba, melarangku main hujan-hujanan.

Setelah dokter pergi, kami mencium tangan ibu, meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kami selama ini. Dan dengan lembutnya beliau membisikkan sebuah kalimat bahwa beliau bangga punya anak seperti kami. Ya Allah .. nikmat mana lagi yang bisa kami dustakan !

Dua hari, waktu yang diberikan Allah swt kepada kami. Pada malam ke tiga belas, kondisi ibuku drop. Beliau kembali tak sadarkan diri. Dan pada subuh hari berikutnya beliau meninggalkan dunia. Berpulang ke Rahmatullah. Kami sekeluarga mengelilingi beliau, membimbingnya dengan kalimat-kalimat Allah. Semoga beliau termasuk golongan khusnul khatimah. Amin ya Rabbal ’alamin.

Aku masih berpikir bahwa kejadian itu akhirnya mengubah hidupku. Aku sekarang lebih banyak meluangkan waktu bersama keluargaku. Aku tidak berlama-lama melakukan sesuatu. Aku segera mensave tulisanku di laptop sesering mungkin. Mencharge hp ku jika batrainya setengah habis. Aku menggunakan gelas-gelas kesayanganku setiap hari. Aku akan mengenakan pakaian baru untuk pergi ke supermarket, jika aku menyukainya. Aku tidak akan menyimpan kerudung dan aksesoris spesialku untuk kesempatan istimewa. Aku menggunakannya kemana pun aku menginginkannya.

Aku berusaha untuk melenyapkan kata-kata "Suatu Hari ....." dan "Suatu saat nanti....." dari kamusku. Jika dengan melihat, mendengar dan melakukan sesuatu ternyata bisa menjadi berharga, aku ingin melihat, mendengar atau melakukannya sekarang.

Aku berpikir, andai aku tahu kejadiannya akan seperti ini .. mungkin beberapa minggu sebelum meninggalnya ibuku, kami sekeluarga pasti akan makan di rumah makan favorit seperti keinginan ibuku. Atau sehari sebelumnya aku akan memasakkan nasi goreng, sarapan favorit ibuku. Akan kuantar ke tempat tidur beliau bersama teh manis kesukaannya. Menemani pergi ke pengajian. Atau barangkali aku dan adikku pergi beberapa waktu untuk memberikan kesempatan kepada kedua orang tuaku berduaan tanpa kehadiran kami anak-anak yang ’bandel’.

Semua ini adalah hal-hal kecil yang mungkin akan Kita sesali jika tak sempat Kita lakukan. Kita akan menyesalinya, karena Kita tidak akan lebih lama lagi melihat orang-orang yang kita sayangi. Aku teringat orang-orang yang aku kasihi. Masih ada ‘abah’ dan kedua adikku, keluarga besarku, teman-teman kantorku, sahabat-sahabat pengajianku, teman-teman dunia maya. Aku akan menyesal dan merasa sedih, jika aku tidak sempat mengatakan betapa aku sangat mencintai mereka. Sekarang, aku akan mencoba untuk tidak menunda atau menyimpan apapun yang bisa membuatku tertawa dan bisa membuatku menikmati hidup. Setiap pagi, aku akan berkata kepada diriku sendiri :

"Bahwa hari ini adalah hari yang istimewa bagiku .. setiap hari, setiap jam, setiap menit, adalah istimewa"

Sahabat .. jika kamu mendapatkan pesan ini, itu karena seseorang peduli padamu. Dan mungkin karena ada seseorang yang seharusnya kamu pedulikan. Jika kamu terlalu sibuk untuk mengirimkan pesan ini kepada orang lain dan kamu berkata kepada dirimu sendiri bahwa kamu akan mengirimkannya "suatu saat nanti....." ingatlah bahwa " suatu saat nanti" itu sangat jauh.
Dan mungkin tidak akan pernah datang padamu ..... Semoga bisa bermanfaat

Tulisan ini dibuat di Banjarmasin 16 juni 2009 pukul 02.20 wita

Dini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar