To the point aja
Cerita ini aku beri judul ”The Right Man on The Right Place”
Beberapa minggu yang lalu aku terima telepon dari temanku, mbak yul (bukan nama sebenarnya). Basa-basi dulu lah. Ngobrol kesana kemari. Sampai akhirnya dia tanya sama aku kapan menikah. Gubrak! Pertanyaan yang klise tapi tetap menggigit (anjing kalee ..) Masalahnya karena jawabanku masih sama : insya Allah secepatnya he he
Aku baru tahu kenapa dia bertanya seperti itu. Rupanya mbak ku itu sedang resah dan gelisah menunggu di sini eh salah menunggu jodohnya. Maklum umur terus bertambah tapi belum nampak tanda-tanda jodoh akan datang. Dia heran kok aku bisa terlihat nyantai banget sama urusan yang satu ini dan minta kiat-kiatnya. Terkesan jawabanku kembali klise kalau jodoh nggak akan kemana. Kalo sudah waktunya pasti akan nikah. Banyakin doa dan tetap usaha. Tentu pakai cara yang halal (ngga lewat pacaran, ngga boleh pake dukun atau kawin kontrak he he).
Hampir sebagian besar orang-orang di sekitarku menyangka aku nyantai banget untuk urusan nikah. Tenang. Damai. Padahal mereka salah. Itu cuma permukaannya aja. Mereka nggak tau di dasar hatiku yang paling dalam .. ciee aku juga sama dengan mereka. Resah. Gelisah. Kadang-kadang juga meerasa ’ngga betah’ dengan status lajang alias ngejomblo terus. Sementara entah berapa puluh kali aku ketemu dengan teman-teman atau adik-adik angkatanku yang sudah menikah duluan. Jalan berdua di mall atau bermain bersama anak-anaknya yang lucu-lucu. Kadang-kadang rasa ’iri’ terlintas dalam pikiranku. Bertanya-tanya kapan ya aku bisa seperti itu. Meskipun aku sudah menjalani proses lamaran dan ta’aruf, tapi apa daya, gagal alias belum berhasil.
Terlalu berhati-hati ? Mungkin ya .. Karena menikah menurut aku berarti menyerahkan seluruh hidupku kepada suami. Dia adalah seseorang yang dapat menjadi pemimpin hidupku. Menjadi teladan layaknya imam dalam sholat berjama’ah. Menjadi pelindung seperti penggembala menggembalakan ternaknya.
Mungkin hal diatas terlalu idealis. Tapi aku menyadari bahwa dia juga manusia. Bisa salah juga. Makanya aku tambahkan kriterianya he he jadi tambah banyak ya .. dia juga bisa menjadi sahabat, bisa diajak ngobrol dan diskusi serta ngga otoriter, ikhlas menerima masukan dan koreksi. Intinya pengendalian diri he he becanda ding .. suami berarti orang yang harus aku taati. Dan ini bukanlah perkara yang mudah bagiku. Karena ku ingin dia jadi pasanganku sampai ke surga Allah nanti.
Namun akhir-akhir ini, niat aku menikah perlahan memudar. Sebenarnya, dari awal tahun 2006 yang lalu aku berani target : paling lambat akan menikah. Tapi ternyata setelah hampir dua tahun berlalu, saat Desember 2008 telah lewat, belum ada calon yang bisa kubawa ke rumah. Aku belum yakin dan belum siap diajak nikah meskipun proses menolak dan ditolak sudah aku lakoni silih berganti.
Pasrah ? Mungkin ya .. Namun bukan dalam artian menyerah pada nasib. Tapi lebih mempraktekkan pepatah ’sambil menyelam minum air’. Mumpung jodoh belum datang, masih ada waktu belajar masak, rajin bangun pagi, memperkaya wawasan, entah itu ilmu keagamaan, terutama yang terkait dengan kewajiban-kewajiban sebagai istri dan ibu, atau ilmu-ilmu tentang pendidikan anak, sambil juga terus memperbaiki diri menjadi orang yang lebih penyayang, lemah lembut, bertutur kata yang baik, menahan emosi dan masih banyak lagi ..
Iseng aku ingat-ingat kembali kejadian-kejadian yang telah lalu. Subhanallah betapa berwarnanya hidupku. Alhamdulillah selama ini Allah swt sering mengabulkan permintaanku. Terbukti saat beberapa temanku masih sulit nyari kerja, aku masih bisa hidup dan nabung dari hasil keringat sendiri. Saat orang lain berkeluh kesah dengan masalahnya, aku masih dipercaya jadi tempat curhat mereka. Meskipun kebanyakan cuma dengerin aja he he. Aku masih punya banyak orang yang sayang sama aku. Mereka adalah keluargaku, sahabat-sahabatku, temen-temenku bahkan pendengar radioku yang tetap setia dengerin aku, yang kadang-kadang ngirimin hadiah, makanan, pulsa dan lain-lain
Aku jadi ingat sebuah kalimat bahwa Allah paling tahu apa yang diperlukan hamba-Nya. Aku ngga boleh putus asa kalo keinginanku ngga langsung dikabulkan. Dia tahu waktu terbaik untuk memberikannya kepada kita. Bisa sekarang. Mungkin lusa atau nanti di akhirat sana.
Wah, sepertinya aku harus segera memantapkan hati dan memasukkan nikah dan lebih bersungguh-sungguh lagi dalam ’daftar’ doaku mulai saat ini. Banyak hikmah yang bisa aku ambil dari beberapa kegagalan yang lalu. Menjadi lebih kuat, sabar dan semakin mantap menentukan tujuan hidup adalah tiga diantaranya. Aku baru sadar bahwa Allah sangat .. sangat sayang sama aku dan pasti akan mengabulkan permintaanku ..
Seseorang yang tepat, di saat yang tepat
Makasih mbak yul .. sudah ngasih inspirasi renunganku kali ini. Terima kasih juga buat oppie buat lagunya ’single happy’. Meskipun tidak terlalu tepat, tapi liriknya cukup menginspirasi. He he
Single Happy – Oppie Andaresta
Mereka bilang aku pemilih dan kesepian
Terlalu keras menjalani hidup
Beribu nasehat dan petuah yang diberikan
Berharap hidupku bahagia
Reff : Aku baik-baik saja menikmati hidup
Yang aku punya
Hidupku sangat sempurna
I’m single and very happy
Mengejar mimpi-mimpi indah
Bebas lakukan yang aku suka
Berteman dengan siapa saja
I’m single and very happy
Mereka bilang sudah saatnya karena usia
Untuk mencari sang kekasih hati
Tapi ku yakin akan datang pasangan jiwaku
Pada waktu dan cara yang indah
Reff : Aku baik-baik saja menikmati hidup
Yang aku punya
Hidupku sangat sempurna
I’m single and very happy
Mengejar mimpi-mimpi indah
Bebas lakukan yang aku suka
Berteman dengan siapa saja
I’m single and very happy
Waktu terus berjalan
Tak bisa kuhentikan
Kuinginkan yang terbaik
Untuk hidupku
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Best regard,
Dini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar