Klinik Motivasi

Selasa, Mei 04, 2010

Goncangan Rumah Tangga

Artikel ini tidak bermaksud memupuk rasa pesimis, apalagi merontokkan niat untuk menyempurnakan separo agama yaitu menikah. Tapi kumohon simpanlah sebagai bekal dalam menghadapi samudera berumah tangga. Semoga bagi kedua mempelai siap menjadi pasangan berbahagia dan siap pula menghadapi derita. Karena suka dan duka itu ibarat dua sisi mata uang. Keduanya sangat dekat.
>

Berikut sejumlah masalah rumah tangga yang menghinggapi pernikahan, hasil interview dengan orang-orang yang sudah berpengalaman he3

1. Rasa cemburu

Kata orang, cemburu itu adalah bumbu percintaan. Tapi kalau masakan kebanyakan bumbu, rasanya juga ngga enak. Ketidakmampuan menempatkan hal-hal apa saja yang harus dicemburui atau tidak perlu, akhirnya bisa berimbas kepada hal-hal negatif. Cemburu yang tidak pada tempatnya dapat menjerumuskan kita melakukan hal-hal yang bodoh, memicu pertengkaran, merusak hubungan bahkan sampai membunuh pasangan !!

2. Persoalan ekonomi

Persoalan ekonomi juga salah satu yang bisa mengusik keharmonisan rumah tangga. Maaf, menikah tidak cukup hanya bermodal cinta. Beras harus dibeli dengan uang, sekolah pakai uang, bahkan sakitpun perlu uang. Nyaris tidak ada yang gratis hidup di jaman sekarang. Harga aneka kebutuhan hidup melambung tinggi, sementara pendapatan keluarga tidak kunjung naik. Tidak sedikit para istri yang memutar otaknya dalam mengelola keuangan rumah tangga. Sedangkan berapa banyak suami yang mengalami kesulitan mencari pekerjaan dan berusaha keras mempertahankannya. Jika hal ini, tidak disikapi dengan sikap kerja keras dan tanggung jawab dari suami serta kecerdasan dan sikap qona’ah seorang istri, tentunya kehidupan rumah tangga jauh dari ketentraman. Suami mencurigai istri tidak jujur dalam mengatur uang belanja. Di sisi lain, membengkaknya anggaran belanja ditanggapi istri dengan keluhan pada suami, tidak puas terhadap apa yang dimiliki dan membanding-bandingkannya dengan orang lain. Persoalan ekonomi yang tak terselesaikan bisa menyeret rumah tangga ke ujung perceraian.

3. Perselingkuhan

Selingkuh, menjadi faktor dominan penyebab perceraian di beberapa kota di Indonesia. Kehidupan sekarang yang sangat jauh dari nilai-nilai agama, telah membuka lebar pintu perselingkuhan. Di tempat-tempat umum, seperti lingkungan kampus, kantor-kantor, biasa kita lihat pria-wanita jalan atau makan bersama, berdua saja, padahal masing-masing sudah menikah. Alasannya, mereka tidak punya perasaan apa-apa satu sama lain. Ada baiknya kita merenungi peribahasa lama ; bila tak ingin dilebur ombak, jangan bermain di tepi pantai. Ada orang yang senang bermain di tepi jurang perbuatan haram, dan sebagian kemudian jatuh ke dalamnya. Rutinnya kebersamaan dengan lawan jenis, memunculkan kecenderungan berpaling ke lain hati. Ketidakpuasan di rumah tangga sering kali disalurkan melalui curhat pada pria atau wanita idaman lain. Alasannya, suami atau istri mereka tidak mau mendengarkan. Meski tidak ada tendensi untuk berselingkuh, bukankah hal itu sudah mendekatkan diri kepada perzinaan ? Bukan sekali atau dua kali, karena keseringan curhat, ada kecocokan, akhirnya terjadi ’pagar makan tanaman’. Ironis memang !!

Bro and Sis .. dengan beberapa contoh di atas, semoga bisa memberikan gambaran bahwa mengayuh biduk rumah tangga tidaklah mudah. Ada saja kerikil tajam menghadang. Hidup bersama orang lain terkadang tidak sejalan. Ada perbedaan-perbedaan pandangan dan sikap yang kerap terjadi dalam perjalanan. Terkadang, perbedaan itu bisa bikin kita bete. Si cowok menjauh untuk meredam amarahnya, si cewe masuk ke dalam kamar, meluk guling sambil berlinangan air mata (hiks .. hiks)

Inilah pernikahan manusia, bukan pernikahan cinderella, yang endingnya hanya sampai pada pesta pernikahan mereka. Tidak pernah diceritakan perjalanan rumah tangga mereka selanjutnya. Barang kali para pendongeng kisah klasik itu tidak mampu menceritakannya sampai akhir.

Tetapi tetaplah optimis ! Dimana ada permasalahan, selalu ada jalan keluar (ingat QS Al-Insyirah : ). Alloh swt telah mengutus Muhammad saw sebagai teladan dan Al-Quran yang mulia sebagai pedoman hidup kaum muslimin.

Benar Rasulullah saw adalah sosok utusan Alloh, tetapi bukankah istri-istri beliau tetap wanita biasa ; yang memiliki hasrat seperti wanita pada umumnya ? Kalau kita membaca siroh beliau, ternyata rumah tangga beliau pun tidak luput dari goncangan tersebut. Namun demikian persoalan itu dapat teratasi karena beliau memiliki istri-istri dari kalangan wanita terbaik. Di kala berbuat kesalahan dan diingatkan akan hal tersebut, mereka segera berlari menuju ampunan Alloh swt. Itulah kekuatan keimanan. Kekuatan yang akan mendorong seseorang untuk ikhlas hidupnya diatur oleh Alloh swt.

”Wanita itu dinikahi karena empat perkara, karena kecantikan, keturunan, hartanya, dan karena agamanya. Pilihlah karena yang agamanya, niscaya dirimu selamat”

Wallahu’alam bish showab

*disarikan dari buku ”Bukan Pernikahan Cinderella” by Iwan Januar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar