Klinik Motivasi

Sabtu, Agustus 28, 2010

Naskah Siaran : Write The Way You Talk

"Tulis seperti apa yang mau kamu katakan" atau "Tulis seperti apa kamu mau didengar" .. Kurang lebih seperti itulah terjemahan kalimat di atas. "Write the way you talk" adalah rumus populer dalam penulisan naskah radio. Jadi, apa yang hendak kamu katakan itulah yang muncul berupa tulisan di naskah. Tentu saja, tidak sama persis seperti cara dan gaya bicara kamu sehari-hari, tapi sudah dipoles dengan bahasa Indonesia yang "baik" dan "benar".

Hal ini harus dipahami karena karakteristik radio dengan segala kelebihan dan kekurangannya akan bermuara pada produk auditif. So .. penulisan naskah radio pun diarahkan untuk konsumsi telinga, bukan untuk mata seperti konsep penulisan di media cetak.


Untuk memudahkan penulisan gaya auditif, kamu bisa ikuti langkah2 berikut ini :

1. Pikiran

Dalam tahap ini, kamu harus membaca dan memahami apa yang hendak kamu tulis. Entah itu materi yang hendak ditulis ulang (rewrite) misalnya informasi atau berita yang didapat dari koran, majalah atau internet, atau materi yang didapat ketika meliput di lapangan.

Kemudian pilih topik apa yang akan menjadi inti informasinya. Tentukan pula dampak apa yang hendak dicapai tulisan tersebut terhadap pendengar. Hal ini penting karena keduanya merupakan kerangka utama alur penulisan. Makin tajam topik yang dipilih, makin mudah juga pendengar memahami kehendak kamu. Jika topik makin lebar, justru pendengar akan sulit memahami maksud tulisan yang kamu siarkan.

2. Perkataan

Setelah tahap pertama selesai, kamu dengan bersuara dapat menceritakan hal yang hendak ditulis. Kalau perlu bayangkan seolah-olah kamu berhadapan dengan seseorang. Agar tulisan yang kamu buat mencapai kondisi "bertutur" (Ingat !! naskah radio untuk konsumsi telinga). Jika kamu tidak melakukan hal ini, maka dapat dipastikan (katanya para ahli sih ... he3) tulisan kamu akan berbelok menjadi naskah untuk kebutuhan mata, bukan telinga.

3. Tulisan

Sekarang tulis apa yang kamu katakan tadi. Apa yang kamu ceritakan dengan suara keras tadi, ditulis menjadi tulisan tanpa perubahan apapun. Jadi, kalau kamu membaca ulang hasil tulisan tersebut maka kesan dan isinya sama dengan apa yang dikatakan tadi, termasuk bunyi tulisan itu sama seperti orang yang sedang berbicara.

4. Perbaikan

Terakhir, perbaiki naskah yang kamu tulis tadi. Terutama di bagian bahasanya. Karena naskah tersebut bunyinya sama dengan percakapan sehari-hari, bisa saja memuat kata-kata yang tidak lazim, misalnya istilah, ungkapan atau bahasa gaul yang hanya dipahami orang2 tertentu saja. Kamu bisa perbaiki kata2 tersebut, sekaligus tampilkan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Nah .. jika ke empat langkah ini sudah dilakukan, maka naskah yang kamu buat untuk siaran radio telah mencapai konsep auditif. Insya Alloh. Jadi pas dibacakan oleh penyiar atau reporter, muncul kesan akrab dan personal yang dirasakan oleh pendengar. Yang lebih penting lagi, pendengar tidak merasa seperti dibacakan naskah, tapi lebih terkesan seperti sedang diceritakan sesuatu secara spontan. Padahal apa yang disiarkan itu semua tertulis dalam naskah.

Ok .. sekian dulu sharingnya .. mga bermanfaat (Dini)

2 komentar:

  1. terima kasih, Dini. aku belajar dari sini

    BalasHapus
  2. terima kasih juga dah berkunjung ke blogku .. ku juga masih perlu banyak belajar .. salam kenal :)

    BalasHapus