Klinik Motivasi

Senin, April 25, 2011

Klinik Motivasi 23 April : Menikmati Proses

Budi hari ini kesal sekali. Bertubi-tubi kesialan menerpanya. Lihat saja. Dari pagi, ibunya sudah memarahinya karena terlambat bangun. Di sekolah, giliran Pak Gurunya yang menghukumnya karena Budi lupa mengerjakan PR. Pas jam istirahat, dia kalah main bola dan ujung-ujungnya berkelahi dengan temannya. Eh, sehabis istirahat dia dipanggil oleh kepala sekolah gara-gara perkelahian itu. Ujung-ujungnya, dia disuruh menyerahkan surat berisi panggilan kepada orangtuanya besok untuk mendiskusikan kenakalan-kenakalan Budi…


Huuh…. Budi tak henti-hentinya ngedumel merutuki dirinya di sepanjang perjalanan. Kok ada ya orang sesial aku? Umpatnya pada dirinya. Perasaan hidup ini betul-betul nggak asyik!

Budi memutuskan untuk tidak pulang dulu. Dia melangkahkan kakinya ke taman yang tak jauh dari sekolah. Hari ini dia mau sendiri.

***

“Hmmm… ada yang bisa kubantu, Nak…” Budi terhenyak… tiba-tiba di depannya muncul sesosok pria baya pendek berjanggut putih panjang.

“Sepertinya kau dalam masalah” tebak si kakek sembari mengelus janggut panjangnya…
Budi terdiam. Dia mengangguk pelan.

“Hemm… hemmmm hemmm… aku punya sebuah benda menarik yang bisa menjawab semua masalahmu….” Si kakek mengeluarkan sebuah benda…. Segulung benang berwarna hitam… apa hebatnya? Ibuku juga punya yang semisal itu, batin Budi.

“Ini bukan gulungan benang biasa… benang ini adalah perjalanan kehidupanmu. Setiap hari benang ini berkurang seiring berjalannya usiamu.”

“Lalu…?” tanya Budi tidak mengerti.

“Terkadang ada suatu masa yang tidak mengenakkan yang harus kita lalui… namun kita tidak ingin merasakannya… nah, engkau bisa memanfaatkan benang ini untuk melewati masa itu… masa itu akan terlewatkan seketika, dan engkau mendadak sudah berada pada masa yang lain.. bahasa sederhananya engkau bisa memajukan masa hidupmu sesukamu dengan cara memotong-motong benang ini…” Jelas sang Kakek.

“Wah, menarik juga.. boleh saya memintanya, Kek?” pinta Budi.

“Tentu saja… tapi ingat, jangan menggunakannya berlebihan. Karena kau akan menyesal nak..” Blesssshhh… seketika sang Kakek menghilang dari hadapan.

***

Budi pulang dengan riang. Benda ini akan merubah hidupku, pikirnya senang.
Tapi, alamaakk… surat itu! Bukankah aku harus menyerahkan surat panggilan itu? Pasti Ibu bakal marah besar membacanya.

Dan benar saja…

“Apaa…. Surat apa ini???!”

Si Ibu mulai naik darah saat membaca kalimat pembuka surat itu.
Alamaakkkk bagaimana ini? Tubuh Budi bersimbah peluh… Ahhaa… kan ada benang ajaib..! maka dengan sigap Budi mengeluarkan benang itu dan cepat memotongnya.
Blesss… Ajaib, tiba-tiba dia sudah berpindah masa. Hari tiba-tiba sudah larut malam. Semua penghuni rumah sudah terlelap… tak ada lagi marah ibunya…
Hei, benang ini benar-benar ajaib…. Kakek tua itu tidak bohong, ucap Budi senang. Dia pun merebahkan tubuhnya ke ranjang dengan begitu bahagia.

Besok-besoknya dia tidak khawatir lagi. Ketika pak kepala sekolah berniat memarahinya lagi, Budi langsung menarik benang, dan dia pun sudah maju ke fase waktu berikutnya. Begitu juga ketika Budi bertengkar dengan kawannya, tarikan benang mampu membawanya memajukan waktu.

Begitulah, Budi sudah mendapatkan solusi atas segala masalahnya. Apapun masalahnya, tinggal tarik benang dan dia pun dapat melewati waktu yang penuh masalah tersebut. Budi kini tidak perlu lagi belajar, tidak perlu lagi mengerjakan PR, tidak perlu merasakan ujian… bahkan tidak perlu mengerjakan segala tugas di rumah. Hidup terasa begitu bahagia.

Budi kemudian berpikir, terlalu lama rasanya berada di masa anak-anak. Budi ingin segera merasakan nikmatnya menjadi orang dewasa. Kali ini benang ditarik dan dipotongnya panjang-panjang…. Dalam sekejap, Budi telah menjadi lelaki dewasa.
Budi terpikat hatinya dengan seorang gadis cantik…. Ahhhh… rasanya tak sabar untuk segera bisa menikahinya. Budi pun lagi-lagi menarik benang dan memotongnya panjang. Blesss… kini dia sudah berada di depan penghulu.. sedang akad nikah….

Budi ingin segera punya anak….. dia tak sabar… maka dia tarik benang. Blessshhh…. Tiba-tiba dia sudah berada di hadapan seorang dokter kandungan….. “Selamat ya Pak, istri anda hamil!”

Tapi Sembilan bulan terlalu lama. Budi menarik benang kembali… blesss! Dia sudah berada di ruang tunggu… istrinya sedang mengalami proses yang menyakitkan… melahirkan! Si istri mengalami pendarahan! Budi takut dan begitu gugup…. Lagi-lagi dia kembali menarik benang…. Blesssh….. ah, Alhamdulillah… tiba-tiba dia sudah menemukan bayinya selamat….

Tapi alangkah lamanya menunggu sang anak menjadi dewasa, padahal Budi ingin segera melihat anaknya dewasa dan mandiri…. Dia tarik benang panjang lagi…. Huffff… betul, kini anaknya sudah dewasa. Sukses menjadi seorang manajer di sebuah perusahaan bonafit.

Tapi, lhooo.. ada apa dengan dirinya.. kok tubuhnya terasa begitu sakit? Dia perhatikan sekujur tubuhnya… ya ampun! Dirinya sudah tua. Rambutnya kini uban semua.. tubuhnya mulai ringkih. Giginya sudah tanggal. Budi panik! Ditariknya panjang benang tadi…. Ups, ternyata benang tinggal beberapa mili saja lagi…

Dan blesss! Budi kini berada di atas ranjang rumah sakit. Diperhatikannya sekelilingnya. Orang-orang tampak sedih. Istrinya, anaknya, cucu-cucunya…. Semuanya khusyu memmbacakan ayat-ayat suci AlQur’an.. diperhatikannya infus yang menetes, monitor yang terus berbunyi….

Ahhh… perlahan seorang tua berjanggut putih panjang masuk ke dalam rumah sakit. Aku mengenali dia! Jerit Budi… dia yang memberi gulungan benang sialan ini!
“Sayang sekali, nasibmu benar-benar tragis… padahal aku sudah memperingatkan sebelumnya” ucap si kakek pelan.

Kembalikan aku ke masa sebelumnya! Jerit Budi pada si kakek… sayangnya jeritan itu tak mampu dia keluarkan dari mulutnya. Nafasnya kini sudah di tenggorokan. Diperhatikannya benang yang ada di tangannya yang sudah mulai dingin… gulungan benang itu perlahan mengabur dan lenyap… Arghhhh!!!

****

Brakkk! Budi terjatuh…. Ahh… ternyata tadi cuma mimpi.. kakek tua, gulungan benang, dan semua yang dialaminya tadi hanyalah kembang tidur…. Hufff, untunglah…… pikirnya kemudian seraya beranjak bangun. Kali ini dengan langkah-langkah yang jauh lebih ceria..

Hidup itu ternyata indah, pikirnya. Dan keindahan itu justru terletak saat kita mengalami proses hidup tersebut.

***

Sahabat, sebagaimana cerita di atas. Hidup itu tak seperti kaset yang bisa kita maju mundurkan sekehendak kita. Selalu ada proses yang harus kita lalui. Dan kalau kita hitung-hitung antara lebih besar mana rasio antara proses dan sebuah hasil, semua pasti akan mendapatkan hasil yang sama… proses jauh lebih panjang daripada hasil.
Kita belajar berbulan-bulan untuk persiapan sebuah tes yang cuma satu hari. Yang bahkan hasil akhir dari tes tersebut hanya akan kita nikmati hanya dalam beberapa menit… saat kita melihat pengumuman: anda lulus. Kita bekerja banting tulang setengah harian supaya dapat makan sepiring nasi yang hanya kita makan dalam hitungan menit. Seseorang menabung puluhan tahun demi bisa mendapatkan jumlah kekayaan sebesar satu trilyun.. dan kenikmatan mendapatkan hasil satu trilyun tersebut hanya akan dinikmatinya dalam beberapa waktu yang tidak lama.

Jadi kuncinya, bukan di hasil seharusnya letak kebahagiaan. Bila seseorang meletakkan standar kebahagiaan dan kenikmatan di fase hasil, maka alangkah meruginya dia. Karena rasio bahagianya begitu minimalis.

Maka harusnya: bahagialah di fase proses! Nikmatilah proses tersebut! nikmatilah saat belajar berbulan-bulan, nikmatilah saat bekerja membanting tulang, nikmatilah saat menunggui istri yang berjuang melahirkan, nikmatilah saat mendapatkan hukuman karena kesalahan, nikmatilah saat mesti mengalami kegagalan demi kegagalan.

Bayangkan, bila kita mampu menikmati proses sekaligus hasil… maka hakikat dari penjumlahan itu: kita akan menjadi orang yang senantiasa bahagia sepanjang hayat… Asyik bukan?

Sumber : http://doktermudaliar.wordpress.com/2011/05/03/gulungan-benang-ajaib/,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar