Selain itu, melalui konferensi ini, HT ingin meng-agregasi atau berusaha keras untuk mengaplikasikan apa yang menjadi kecondongan umat Islam saat ini yaitu untuk kembali kepada Islam dengan perjuangan langkah-langkah politik.
Harist Abu Ulya juga mengungkapkan konferensi ini diadakan di bulan Rajab bukan untuk memperingati runtuhnya Khilafah.
"Tetapi hanya mengambil momentum agar umat Islam paham dan sadar betul, ini terkait erat dengan bagaimana Islam mengajarkan sebuah sistem yang disebut khilafah. Pada bulan yang sama 90 tahun lalu diruntuhkan oleh Mustafa Kamal. Dalam sejarah yang diajarkan kepada kita sebagai bapak pembaharu. Padahal dialah yang meruntuhkan Islam, Bapak sekularisme," ujarnya
Disinggung seberapa besar peluang penegakan syariat Islam di Indonesia, Harist Abu Ulya mengatakan peluangnya besar sekali. Berdasarkan hasil survey LAKIP sebanyak 74 % responden setuju diterapkannya Islam dalam format negara dan beberapa survey yang dilakukan oleh lembaga independen juga menunjukkan kaum muslimin mulai menyadari pentingnya kembali kepada Islam dan melihat kegagalan penerapan demokrasi untuk mensejahterakan manusia. Mereka melihat Islam sebagai alternatif. Apalagi jika berbicara dalam konteks demokrasi, menyampaikan aspirasi atau gagasan adalah perkara legal dalam ruang demokrasi saat ini.
Lebih lanjut, Harist Abu Ulya menegaskan HT akan terus mengkomunikasikan gagasan ini kepada masyarakat umum maupun level penguasa agar mereka dapat merubah kebijakan politik kembali kepada sistem Islam. Karena di dalamnya sudah tercakup seluruh solusi bagi persoalan bangsa saat ini. (Dini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar