Klinik Motivasi

Kamis, Juli 02, 2009

Tiga Peristiwa Penting di bulan Suci Rajab Edisi III (Tamat)

Runtuhnya Kekhilafahan di Turki

Tepat 28 Rajab 1430 H ini, kita telah memperingati 87 tahun momentum yang paling menyakitkan bagi umat Islam di seluruh dunia, yaitu runtuhnya Khilafah. Tanggal 28 Rajab 1342 H, bertepatan dengan 3 Maret 1924, Kemal Attaturk (seorang agen Inggris), secara resmi membubarkan Kekhilafahan Turki Utsmani. Malam harinya, tengah malam, Khalifah Islam terakhir, Sultan Abdul Majid, diusir!


Empat bulan kemudian, 24 Juli 1924, Perjanjian Laussane ditandatangani. Di antara isinya, Inggris mengakui kemerdekaan Turki sekaligus menarik pasukannya dari Turki. Merespon sikap Inggris ini, seorang perwira Inggris saat itu memprotes Menteri Luar Negeri Inggris, Curzon. Dengan enteng Curzon menjawab, “Yang penting, Turki telah kita hancurkan dan tidak akan pernah bangkit lagi, karena kita telah menghancurkan kekuatan spiritualnya, yaitu Khilafah dan Islam!” (Zallum, 2001: 184).
Curzon benar. Setelah sekitar 84 tahun menjadi republik, menerapkan hukum-hukum Barat sekular, dan membuang hukum-hukum Islam, Turki memang tidak pernah bangkit; kemakmuran tidak pernah terwujud; dan cita-cita untuk menjadi negara modern seperti Eropa tidak pernah terbukti. Turki bahkan nyaris bangkrut. Pada tahun 1994, 1 US$ dihargai 10.000 Turkish Lira (uang Turki). Pada tahun 2004, 1 US$ setara 1.500.000 Turkish Lira. Turki telah lama mengalami mega inflasi (di atas 100% pertahun). Di Turki ongkos naik bis kota pernah mencapai sejuta! (Fahmi Amhar, 2004).

Bandingkan kondisi Turki saat masih dalam wadah Khilafah dan menerapkan syariah. Tentang Kekhilafahan Turki Utsmani, Paul Kennedy, seorang pemikir Barat, menulis, “Imperium Utsmani lebih dari sekadar mesin militer; ia telah menjadi penakluk elit yang telah mampu membentuk satu kesatuan iman, budaya dan bahasa pada sebuah area yang lebih luas dibandingkan dengan yang pernah dimiliki oleh Imperium Romawi…” (Paul Kennedy-The Rise and Fall of The Great Powers: Economic Change an Military Conflict from 1500 to 2000).

Kehebatan dan keagungan Khilafah Islam bukan hanya pada masa Turki Utsmani, tetapi juga pada masa-masa Kekhilafahan sebelumnya, baik Abbasiyah, Umayah dan tentu saja masa Khulafaur Rasyidin. Tentang ini, Paul Kennedy, kembali menulis, ”Dalam beberapa abad sebelum tahun 1500, Dunia Islam telah jauh melampaui Eropa dalam bidang budaya dan teknologi. Kota-kotanya demikian luas, rakyatnya terpelajar, perairannya sangat bagus. Beberapa kota di antaranya memiliki universitas-universitas dan perpustakaan yang lengkap dan memiliki masjid-masjid yang indah. Dalam bidang matematika, kastografi, pengobatan dan aspek-aspek lain dari sains dan industri, kaum Muslim selalu berada di depan.” (Paul Kennedy-The Rise and Fall of The Great Powers: Economic Change an Military Conflict from 1500 to 2000).

Akibat kehancuran khilafah ini, umat Islam terhinakan di semua bidang sampai sekarang. Berbagai tragedi datang silih berganti. Negeri-negeri Islam menjadi terpecah belah. Menjadi Negara-negara kecil yang lemah. Terbagi-bagi atas dasar letak geografis dan nation (kebangsaan) yang direkayasa oleh penjajah Barat. Saling bertikai satu sama lainnya atas dasar kepentingan nasional masing-masing. Indonesia-Malaysia berebut Ambalat. Pakistan, dengan rela menjadikan daerahnya menjadi pangkalan militer penjajah yang memudahkan mereka menyerang Afghanistan. Negara-negara Arab di Timur Tengah, dengan rela menyediakan fasilitas pangkalan militer bagi tentara AS. Dari pangkalan militer di negeri Islam itulah AS dan sekutu-sekutunya menyerang negeri-negeri Islam lainnya.

Hidup tanpa Daulah Khilafah telah menyebabkan terlantarnya hukum-hukum Allah, terutama dalam masalah negara dan kemasyarakatan. Hal ini berarti malapetaka. Karena setiap pengabaian terhadap hukum Allah, jelas akan menyengsarakan kaum Muslim. Mereka mengalami kemunduran yang luar biasa dalam berbagai bidang kehidupan. Secara politik, mereka tunduk terhadap permainan politik negara-negara penjajah. Di bidang ekonomi, hampir sebagian besar negeri-negeri Islam terkategori negeri-negeri berkembang dan miskin. Kekayaan alam mereka dieksploitasi untuk kepentingan penjajah Barat. Lewat mekanisme utang luar negeri, mereka dijerat untuk tunduk kepada kepentingan kapitalisme Barat. Pendidikan juga sama nasibnya. Pendidikan yang berlandaskan sekuler di negeri-negeri Islam telah mencetak generasi-generasi pemuda Islam yang jauh dari akar Islam dan anarkis. Seks bebas, terlibat narkoba, gemar minuman keras menjadi bagian yang tak terpisahkan dari generasi Islam saat ini. Di bidang pidana, tidak diterapkannya hukum-hukum Allah telah menyebabkan membengkaknya perkara-perkara kriminalitas seperti pemerkosaan, pelacuran, pembunuhan dan perampokan.

Ketiadaan Daulah Khilafah Islamiyah juga berakibat fatal bagi perlindungan nasib kaum muslim. Mereka tidak lagi memiliki pelindung, yang merupakan salah satu tugas Khalifah. Akibatnya penjajah Barat dengan gampang dan mudah membantai kaum muslim, tanpa mendapat perlawanan yang berarti. Hidup menderita di kamp pengungsi adalah penderitaan lain yang dialami kaum muslim. Hingga saat ini pembantaian terhadap kaum muslim terus terjadi di Afghanistan, Palestina, Asia tengah, Thailand dan negeri-negeri Islam lainnya.

Oleh karena itu, menerapkan sistem Islam melalui tegaknya daulah khilafah islam merupakan perkara utama bagi kaum muslim. Karena dalam naungan khilafah, kita akan mendapatkan kemuliaan sebagaimana yang pernah dirasakan oleh generasi mukmin sebelum kita.

Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Dini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar