Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa dengan menaiki buraq .Buraq adalah kendaraan yang tercepat dan tidak ada yang bisa menandingi kecepatannya.Buraq ini bergerak cepat dari Masjidil Haram sampai Masjidil Aqsa dari Mekah sampai Yerussalem dalam waktu beberapa jam saja.Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi.
Ada beberapa poin yang dapat kita jadikan motivasi untuk lebih memahami hikmah dan bersungguh-sungguh dalam memaknai peristiwa agung ini, antara lain:
Pertama, penyucian hati.
Telah diriwayatkan, bahwa sebelum Nabi Muhammad saw. dibawa Malaikat Jibril, beliau dibaringkan, kemudian dibelah dadanya; hatinya dibersihkan dengan air zamzam. Apakah hati Rasulullah saw. kotor? Pernahkah Rasulullah saw. berbuat dosa? Apakah Rasulullah saw. punya penyakit dendam”, dengki, iri hati, hasud, atau berbagai penyakit hati lainnya? Tidak. Beliau adalah seorang hamba yang ma'shum (terjaga dari berbuat dosa).
Lalu apa yang dimaksud dengan penyucian hati Rasulullah saw.?
Kita mengetahui, hati manusia awalnya putih-bersih. Ia ibarat kertas putih tanpa noda sedikitpun. Namun, manusia, setiap kali melakukan kekhilafan, setiap kali pula hatinya ternoda hingga menjadikannya hitam pekat. Di sinilah pentingnya kita selalu menyucikan hati, karena sesungguhnya perjalanan menuju Ilahi hanya bisa dilakukan dengan jiwa dan hati kita yang suci, sebagaimana Rasulullah saw. pun disucikan hatinya sebelum perjalanan suci Isra’ dan Mi'raj tersebut.
Kedua, memilih susu, menolak khamar.
Ketika ditawari dua pilihan minuman, dengan sigap Rasulullah saw. mengambil gelas berisikan susu; minuman halal dan penuh manfaat bagi kesehatan. Rasulullah saw. menolak khamar; minuman haram dan merusak akal. Sungguh tepat pilihan Rasullah saw., karena pilihan ini adalah pilihan yang sesuai dengan fitrah. Inilah juga yang harus dilakukan oleh setiap Muslim; selalu memilih yang halal dan membuang yang haram.
Ketiga, arah perjalanan vertikal-horisontal.
Dalam perjalanan horisontal ini Beliau digambarkan bertolak dari Masjid al-Haram ke Masjidil al-Aqsha. Artinya, bahwa dalam kita melangkahkan kaki di tengah perjalanan kita menuju tujuan akhir, alangkah pentingnya diperhatikan awal langkah. Motivasi dasar dan niat kita dalam melakukan sesuatu harus karena “masjid” (sujud) atau dalam kerangka ketaatan kepada Allah. Pertautan niat dan tujuan karena ketaatan menjadikan setiap langkah yang kita lakukan akan selalu harmonis dengan keduanya. Bagaimana mungkin seseorang melakukan amal karena dan untuk Allah, namun dengan cara yang tidak diridhai oleh-Nya?
Keempat, imam shalat berjamaah.
Ketika Rasulullah saw. memimpin shalat berjamaah, yang makmumnya adalah para nabi, maka hal itu merupakan pengakuan kepemimpinan Beliau atas seluruh kaum yang ada. Kepemimpinan dalam shalat berjamaah sesungguhnya membuktikan bahwa Rasulullah saw. adalah pemimpin seluruh umat manusia.
Kelima, kembali ke bumi dengan membawa perintah shalat. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar