Klinik Motivasi

Senin, September 14, 2009

Kuingin Bersihkan Diriku ....

Lagu religi terbaru dari Afgan benar-benar menyentuh. Terkhusus ketika kuteringat kejadian pagi tadi. Perasaan bersalah itu kembali menyelinap. Waktu kupasang lirik lagu itu distatusku, bermacam komen yang masuk. Lucunya ada yang menduga hal ini berkaitan dengan masalah cinta. Maaf untuk cinta yang tak terucap ketika kubilang ini masalah hati. Waduuuh !!


Iya .. Masalah hati, tepatnya seperti itu. Tidak ada hubungannya dengan cinta. Pagi tadi aku telat datang ke kantor. Kayaknya pencernaanku terganggu lagi. Mungkin karena kecapean. Beberapa hari ini aku pulang setelah menjelang isya. Jadwal buka puasa di kantor yang seharusnya cuman 4 kali dalam seminggu nambah. Bantuin temen-temen nyiapin menunya. Cuman Jum’at sore, aku bisa buka puasa di rumah. Parahnya aku lupa ngasih kabar ke temen yang lain untuk gantikan aku siaran. Sesampai di studio, sudah menunggu seseorang. Aku bisa menebak, beliau pasti nara sumber untuk acara dialog pagi ini.

Sempat terbesit sedikit kecewa dalam hati karena dalam kondisiku yang kurang fit, aku harus memandu program ini. Memang ini program rutin kerjasama radioku dengan sebuah dinas pemerintahan. Namun program ini terkesan dijalankan ’asal-asalan’. Kadang nara sumbernya ada, tapi kebanyakan tidak hadir. Datang mendadak dengan tema dadakan pula. Para penyiar dituntut secepat mungkin menguasai materi yang disampaikan. Malu-maluin pas dialog, ngga nyambung. Aku sudah kasih masukan ke pihak sananya. Namun belum ada perbaikan. Rupanya kekesalan yang selama ini kupendam, hari ini keluar juga meskipun belum semua (hufh ...)

Apalagi aku datangnya telat, akhirnya ngga bisa ngobrol dulu dengan beliau tentang hal-hal akan dibicarakan. Aku cuman sempat nanyain tema yang diangkat kali ini. Dan ternyata tema itu sudah berulang kali dibahas. Makin betelah aku .. sampai satu kalimat terkesan ketus namun sopan meluncur dari mulutku, “Pa .. Perasaan tema ini udah sering kita bahas, ada perkembangan terbaru ya ?”. Beliaupun menjawab tidak ada. Ini hanya berkaitan dengan masalah sosialisasi yang harus terus menerus dilakukan. Cape deh !!

Tanpa berpanjang lebar, segeralah kumulai acara dialog ini. Materinya pun standar. Seperti pembahasan yang lalu-lalu. Sempat beberapa kali pertanyaan ’nakal’ kulemparkan untuk mengkritisi program ini. Maksudnya biar perbincangan ini menarik. Ga terkesan ’itu-itu’ aja * boong ding .. sebenarnya karena ini luapan kekesalan hatiku karena bete. Namun beliau menjawabnya dengan sabar dan standar !! Dan ini justru menaikkan level kebeteanku. Ngga ada yang menarik bagiku. Pengen ngejar dengan pertanyaan lebih kritis .. akunya capek !! Dan keadaan ini sangat mempengaruhiku sampai telepon dari pendengarpun ngga kuangkat (ga pinter banget ya)

Untunglah sedikit demi sedikit aku berhasil mengontrol emosiku. Aku mulai bersikap seperti biasa. Sampai di akhir dialog, akupun menutupnya dengan ucapan terima kasih atas kehadiran beliau dan harapan semoga perbincangan ini bermanfaat bagi pendengar.

Selesai dialog sambil nunggu penyiar lain masuk ke ruang siaran, aku pun mengajak beliau ngobrol. Tanya-tanya mau kemana beliau setelah ini. Beliaupun menjawab dengan antusias. Mau ngecek persediaan logistik untuk program ini, kata beliau. Kemudian beliau bercerita (boleh dikatakan ‘curhat’) bahwa cakupan wilayah kerja yang sangat luas dan SDM yang terbatas membuat mereka harus siap 1 x 24 jam. Belum lagi menghadapi masyarakat yang meminta pelayanan maksimal. Diperlukan kesabaran yang sangat untuk menghadapi hal seperti itu, kata beliau. Bla .. bla .. bla

Masya Allah .. Aku terhenyak. Pantesan bapak yang satu ini begitu sabar menghadapi sikapku tadi. Trus setelah beliau pulang, rekanku cerita bahwa beliaupun ternyata diminta mendadak. Makanya temanya 'itu' aja. Ngga ada persiapan. Masya Allah !! Perasaanku semakin ngga karuan. Kalo dipikir-pikir harusnya beliau yang marah karena udah nunggu aku yang hanya seorang penyiar untuk acara dialog itu (mana ada ceritanya seperti itu, yang adakan penyiar yang nungguin narasumber). Harusnya beliau yang kesal kalo saja beliau tahu aku ngga terima telepon dari pendengar.

Aku baru ingat kemarin sore aku ngasih masukan ketika ‘adekku’ curhat gimana ngatasin masalahnya. Tadi pagi aku diuji Allah swt untuk membuktikan kata-kataku. Mataku mengabur, dadaku terasa sesak. Kalo tidak dihampiri rekanku, mungkin airmata sudah jatuh berderai *lebay ding ... aku benar-benar merasa bersalah. Ternyata aku harus banyak belajar .. belajar tentang kesabaran, belajar lebih profesional lagi, belajar memilih sikap yang tepat dan belajar untuk mengelola hati. Kuingin bersihkan diriku ... Ampuni aku, ya Allah !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar