Klinik Motivasi

Sabtu, September 26, 2009

Menyemai Hati Yang Selesai

Lagi asyik merangkai kata menjadi kalimat berita sebuah acara, satu sms mengejutkanku. Segera kuambil hpku dan kubaca isi smsnya.

”Asw. Ka lagi sibukkah malam ne? Ada punya materi mengenai membangun sikap positifkah ? Kalo ada minta tolong kirimi ka lah lewat pesan di fb. Jzkk”


Oo .. sms seorang sahabat. Aku bingung materi apa yang dimaksud. Lantas kubalas smsnya,”W3. Sikap positif dalam hal apa ? Insya Allah k2 carikan malam ne.”

Tak lama kemudian sms darinya datang lagi,”Dalam hal ketika mendapat ujian apa aja dari Allah, yang penting point-pointnya aja. Syukron banget ka”.

Yups .. aku teringat akan janjiku beberapa waktu yang lalu. Ketika adik tersayangku juga mengadukan persoalan kawannya dalam sebuah catatan yang diposting di fb. Temanya hampir mirip. Intinya bagaimana cara menghadapi cobaan dan ujian dalam kehidupan ini. Dia bertanya kenapa aku ngga kasih komen, sedangkan teman2 yang lain sudah. Kubilang,”Insya Allah k2 akan buatkan catatannya biar lebih mantap.” Dan dia menunggunya ...

Beberapa saat setelah listrik di kosku nyala lagi, aku segera bangun dari tidurku. Mengobrak-abrik lemari bukuku. Alhamdulillah .. sebuah buku kecil yang juga termasuk salah satu favoritku kutemukan. Sudah lama, aku tidak membacanya. Dan aku bersyukur Allah swt mengirimkan pesannya melalui sms sahabatku itu.

Tulisan ini aku dedikasikan untuk sahabat-sahabatku .. moga bisa bermanfaat :) Selamat menyimak ...

Hati Yang Selesai

Hati yang selesai merupakan sikap hati yang senantiasa tenang. Kejadian dan peristiwa apapun dihadapi dengan tegar dan tumaninah. Sikap sewot hampir-hampir tak pernah hadir. Jiwa pun terbebas dari sikap murung. Diri tak pernah berdiri di atas bayang-bayang. Itulah hati yang selesai.

Contoh kasus :

Setelah sekian lama berupaya mendapatkan jodoh sesuai dengan idealismenya, akhirnya PNH menemukannya. Suka cita dari pihak keluargapun tak tergambarkan. Betapa tidak, keluarganya sudah sangat ingin menimang cucu. Kedua belah pihak pun sepakat menetapkan hari pernikahan. Namun seminggu menjelang pernikahan, terbetik kabar PNH tidak jadi menikah. ”Ukhti itu memutuskan hubungan kami. Saya tidak tahu alasan sebenarnya apa.”

Kegagalan terjadi. Dua minggu sebelum hari pernikahan. Tidak jelas apa alasannya. Kedua keluarga pun bingung, mengapa ini terjadi. ”Saya belum siap menikah,” ujar sang ukhti mengungkap alasan. Mungkin dia memang belum siap menikah. Tapi .. kita boleh bertanya,”Mengapa kok baru bicara sekarang ? Mengapa tidak menolak sejak khithbah dulu?”

Tiap orang, tentu akan memiliki rasa hati dan jiwa yang berbeda. Anda boleh jadi memiliki rasa jiwa yang berbeda dengan PNH itu. Kalau anda minta menjadi wakil dari rasa hati PNH, apa yang ada di dalam jiwa anda ? Menurut anda, bolehkah dia kecewa ? Terheran-heran ? Mempertanyakan ? Marah ? Atau mempraperadilankan ?

Anda boleh saja heran. Ternyata, PNH itu tidak memiliki apa yang anda pikirkan. Suatu waktu ia menulis e-mail berikut :

”Setelah kejadian ini, saya memang punya hak untuk kecewa dan sakit hati. Awalnya memang iya. Terasa sekali. Tapi sekarang tidak lagi. Ketika saya memutuskan untuk menikahi seseorang, berarti saya telah menjawab satu pertanyaan penting dalam hidup ini. Dengan siapa saya akan berbagi suka dan duka ? Dengan siapa saya akan berjuang menjalani romantika kehidupan ? Dan dengan siapa saya akan sama-sama berkorban mencapai surga ? Landasan rumah tangga adalah kasih sayang dan keharmonisan. Semua itu jelas tidak dapat dipaksakan. Tidak bisa bertepuk sebelah tangan. Jangankan keterpaksaan, keraguan saja akan menyebabkan keguncangan. Karenanya, saya ’bersyukur’ hal itu terjadi sebelum menikah.

Coba kita bayangkan, apabila hal itu terjadi di tengah bahtera rumah tangga yang tengah melaju, untuk apa yang dipersoalkannya, toh tidak akan menyelesaikan masalah. Biarkan hati saya menghilangkan semua kecewa dan kegundahan. Gagalnya pernikahan ini bukan kehendak saya. Saya tidak punya kontribusi secuilpun terhadap putusnya hubungan ini.

Saya percaya, ini hal terbaik bagi saya. Buktinya, saya tidak melanggar hukum syara. Saya pun tidak mengecewakan orang. Dan saya juga, sekali lagi, bukan penyebab gagalnya pernikahan. Saya yakin, saya ada dalam ridho Allah. Andaikan saya menggugat, juga tidak berdampak pada kehidupan umat.

Saya bisa untuk mendesak dan memaksa hingga saya menikah dengan dia. Saya bisa ! Tapi, siapakah yang rugi ? Bukan hanya dia, tapi juga saya. Rumah tangga hanya akan dipenuhi oleh keharmonisan semu. Apalagi bila tidak diikuti perubahan sikap. Itulah sebabnya, saya tidak melakukan itu semua.

Kalau sikap diam saya akan berdampak pada terlanggarnya hukum syara, tentu saya tidak akan diam. Kalau bisunya saya mengakibatkan kerugian pada umat, pasti saya akan bertindak. Tapi tampaknya kejadian ini hanya berdampak pada kehidupan saya. Itupun pengaruhnya hampir tidak ada.

Sekarang, biarkan saya menghilangkan kekecewaan dan kegundahan. Kini, hati dan jiwa saya lapang. Siap menyongsong kehidupan di depan mata dengan mantap. Saya tidak rela energi saya tersita oleh kekecewaan dan kesumpekan. Biarkan saya menerima ini sebagai qadla ’buruk’ dari Allah swt yang harus saya terima. Dan, biarkan saya menyerahkan semuanya kepada Dia Zat Maha kasih. Saya bertawakal kepada-Nya. Lalu, doakan saya untuk segera menemukan jodoh terbaik demi kehidupan dunia dan akhirat. Percayalah, saya akan hadapi kejadian ini dengan hati yang selesai, seperti yang pernah ustadz katakan.”

Saudaramu fillah, PNH.

Merasakan Hati Yang Selesai

Setiap kejadian, dapat dijadikan pelajaran untuk mengecek apakah anda telah memiliki hati yang selesai. Satu hal yang patut dicatat adalah hati yang selesai bukanlah menyerah pada nasib. Bukan pula paham fatalisme. Tapi, hati yang selesai berada pada tataran rasa dan sikap jiwa. Hati yang tidak larut dalam kekecewaan, yang tidak memperturtkan kegundahan, tidak tunduk pada tekanan kesedihan, tidak sesak oleh nafsu angkara, dan hati yang tidak terbelenggu oleh godaan syaitan.

Sebaliknya, hati yang selesai adalah hati yang segera menuju keriangan setelah kekecewaan, meraih kelapangan pasca kegundahan, melahirkan kebahagiaan dengan mengesampingkan kesedihan, diliputi arahan wahyu jauh dari angkara murka, dan hati yang menapaki cahaya Allah yang menyirnakan bujukan syaitan.

Orang yang memiliki hati yang selesai memandang apa yang terjadi sebagai salah satu tingkatan menuju kebaikan. Tidak terlena dalam kegamangan, tapi segera mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapinya. Hati yang disinari oleh keimanan pada qadla dan qadar, tidak terjerat impian nafsu dan yang selalu terpaut dengan Allah swt. Melakukan perbuatan di dunia tapi hati, jiwa dan cita-citanya menembus batas melesat hingga ke surga.

Tiga Garda Penyemai

1. Iman pada Qadla - Qadar

Iman kepada qadla-qadar bukanlah menyerah pada nasib, melainkan bahwa ada hal-hal yang terjadi di luar kontribusi dan peran manusia. Ada perkara-perkara yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Dalam perbuatan sehari-hari banyak hal yang nampak bahwa perbuatan yang dilakukan atau menimpa kita itu bisa jadi karena (pertama) pilihan kita atau juga karena (kedua) peristiwa yang di luar peran kita dan kita baru tahu setelah terjadi. Peristiwa kedua inilah yang disebut qadla. Kita tidak dapat menolaknya. Sikap yang kita ambil adalah menerima dan meyakini hal tersebut berasal dari Allah swt.

Orang yang beriman kepada qadla akan rela menerimanya denga tulus dan lapang. Sikap inilah yang merupakan pilar kedua dari hati yang selesai. Hal ini memerlukan usaha untuk mewujudkannya. Jadi, buatlah kebiasaan mengecek keyakinan akan qadla atas dasar penerimaan yang tulus. Hasilnya, anda akan merasakan ketulusan dan kelapangan yang bermuara pada hati yang selesai. Cobalah !

2. Qona'ah

Qona'ah merupakan suatu sikap dan rasa hati puas terhadap sesuatu yang diterima. Orang yang memiliki sikap qona'ah akan selalu memiliki rasa kepuasan. Rezeki sedikit puas, rezeki banyak pun puas. Dalam keadaan sehat puas, dalam keadaan sakit pun puas. Tentu, bukan puas karena sakitnya tapi puas oleh sesuatu hal lain yang terdapat di dalam sakit itu. Orang yang sakit lalu bersabar maka dosanya diampuni. Itulah yang menyebabkan puas atau qona'ah ketika sakit.

Qona'ah merupakan pangkal kekayaan. Patutlah kita renungi nasehat Imam Syafi'i berkaitan dengan masalah ini,"Aku melihat bahwa kepuasan (qona'ah) itu pangkal kekayaan, lalu kupegang erat-erat ujungnya. Aku ingin meraihqona'ah itu secara menyeluruh. Aku ingin menjadi kaya tanpa harta dan dapat memerintah orang-orang laksana seorang raja."

Dengan qona'ah, kita bisa mencapai kepuasaan terhadap terhadap apa yang kita punyai. Konsekuensi berikutnya adalah kita akan memiliki hati yang selesai. Sekarang silakan cek diri kita masing-masing !

3. Tawakal

Sebelum seseorang melakukan aktivitas apapun, segala sesuatunya ia serahkan kepada Allah swt. Mau begitu, mau begini, apapun yang terjadi diserahkan kepada Allah swt. Yang penting telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan perintah Allah swt. Itulah yang disebut tawakal.

Tawakal muncul dari keyakinan seorang muslim terhadap qudrah (kekuasaan) dan iradah (kehendak) Allah swt. Bahwa bila Allah berkehendak menimpakan kemudharatan, tak satupun yang dapat menghindarkannya selain Dia, dan bila Allah menghendaki karunia maka tak satupun juga yang dapat menolaknya. Di akhirat nanti, atas mudharat ataupun manfaat yang kita terima, tidak akan diminta pertanggungjawaban.

Dengan adanya sikap tawakal ini, berarti mempercayakan segala sesuatu kepada Allah swt. Muaranya, hati yang selesai.

Jelaslah, tanpa hati yang selesai jiwa akan kecewa sementara realitas tidak berubah. Sebaliknya, hati yang selesai akan menghadirkan ketenangan, keterangan berpikir, kejernihan penilaian, dan tumbuhnya semangat serta keberanian. Bukan hanya berani mati, melainkan juga berani hidup !

*Ringkasan buku "Menyemai Hati Yang Selesai" Karya MR Kurnia, Penerbit Al-Azhar Press

3 komentar:

  1. assalamu'alaikum...
    subhanallah.maha besar Allah dan maha suci DIA dari kesalahan. q butuh banget ringkasan ini, ukhti. kebetulan bukuku raib entah kemana...jazakillah khoiron katsir. bismillah,moga barokah!!! lintangpembebas09

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga lagi butuh materi ini.
      Jazakillah khoir

      ~ iRusdha ~

      Hapus
  2. Bagaimana untuk menghadirkan hati yg selesai itu???

    BalasHapus