Klinik Motivasi

Minggu, Februari 06, 2011

Banyak Hal Yang Bisa Terjadi .......

Azan magrib berkumandang dan akupun tengah bersiap menyambut panggilan-Nya. Sholat hampir kumulai, ketika ku dengar ketukan di pintu kosku. Ternyata seorang akhwat .. temen lama. Dia abis berkunjung ke kos temennya di seberang kosku dan mau ikut sholat di tempatku. Segera kupersilahkan dia mengambil air wudhu di belakang, sementara aku menyiapkan peralatan sholat untuknya.

Selesai sholat, pintu kosku kembali diketuk. Hem .. temennya si akhwat itu yang datang. Rupanya dia ngga sabar nungguin si akhwat itu selesai sholat dan menjemput dia. Mereka janjian mau nyari obat untuk batuk si temennya itu.


Aku mempersilahkan dia untuk duduk dan tak lama kemudian kami bertiga terlibat obrolan yang hangat. Mereka cerita saat ini tengah menghadapi masa2 sulit. Apakah mereka bisa mengumpul berkas yang di deadline hari Sabtu depan dan ikut sidang akhir pada hari Rabu berikutnya. Sedangkan dosen pembimbing masih berkutat dengan perbaikan skripsi yang seolah tidak ada habisnya.

Ya .. aku juga pernah mengalami hal yang sama. Sidang ujian komprehensif di satu hari sebelum deadline. Dengan masalah yang tiba2 datang saat sidang akan dimulai. Sebenarnya ku sudah menduga dari awal. Namun karena temenku berhasil lolos pada hari sebelumnya, aku juga optimis bisa melalui semuanya. Ternyata nasib baik saat itu belum memihak kepadaku. Dua jam sebelum sidang akhir berlangsung, aku kena "pra sidang" dulu dari salah seorang seorang dosen penguji. Beliau protes karena aku tidak memakai baju kebaya saat sidang berlangsung. Pada masa itu, memang peraturannya seperti itu. Namun aku menolak tegas, karena keyakinanku untuk menutup aurat dengan sempurna. Saat sidang aku memakai jilbab (jubah) dan kerudung.

Beliau memintaku untuk mengganti pakaian. Namun aku menolak secara halus dengan alasan rumahku di Banjarmasin. Waktu yang kutempuh minimal dua jam. Tentu jam sidang akan molor lagi. Kemudian, beliau memintaku untuk menunda jadwal sidang ke hari berikutnya. Akupun tetap bersikeras dengan mengatakan bahwa kalau bisa hari ini karena besok deadline. Kita tidak tahu apa yang terjadi besok. Kemungkinan sidang terjadi atau tidak. Padahal aku menargetkan harus lulus semester ini.

Dosen pembimbingku menengahi dan meminta pengertian kepada dosen pengujiku. Namun beliau tetap bersikeras dan akhirnya Ketua Jurusan dipanggil untuk menyelesaikan persoalan ini. Akupun dengan dibantu dosen pembimbingku berusaha menjelaskan apa yang terjadi. Sebenarnya peraturan untuk memakai kebaya di saat sidang ujian komprehensif itu sudah direvisi. Untuk sosialisasi belum ada. Nah .. artinya aku tidak melanggar peraturan kan ?? Dan ketua jurusanpun kebingungan !!

Akhirnya aku diminta menghadap Dekan bersama dengan Ketua Jurusan. Dan sekali lagi, aku menjelaskan apa yang sudah kuungkapkan tadi. Subhanallah .. Alloh memang luar biasa. Dekan menyikapi hal ini dengan bijaksana dan mengatakan,"Kamu pengecualian, Sidangmu lanjutkan saja !!"

Alhamdulillah .. akhirnya dengan tetap mengenakan jilbab dan kerudung, aku berhasil melewati sidang ujian komprehensif dan mendapatkan nilai A !!

Ku lihat si akhwat dan temennya tadi memperhatikan dengan sangat ceritaku. Energi positif yang kuberikan kepada mereka lewat pengalamanku tadi mulai bereaksi. Tampak di wajah mereka, muncul keoptimisan dan semangat bahwa mereka akan berhasil melalui masalah ini. Kuncinya adalah berusaha lebih giat, lebih tekun dan lebih peka terhadap peluang2 yang ada.

Dan satu lagi utuk menyempurnakan energi positif itu, aku membuka kisah kejadian dua minggu yang lalu. Hari Rabu siang, aku mendapat kabar untuk memulai proses pembuatan tesis, maka mahasiswa diwajibkan membayar lunas SPP semester 3, biaya tesis dan SPP semester 4. Deadline untuk gelombang 1 pada hari Jum'at. Coba bayangkan, aku harus memperoleh sekian juta rupiah dalam waktu 2 hari !! Sedangkan uang tabunganku hanya cukup membayar separo dari biaya yang ditentukan. Aku segera menghubungi temen2ku untuk minta bantuan. Namun sampai hari Kamis sore, masih ada sekian juta lagi yang kukumpulkan. Aku pasrah .. mungkin sudah jalanku untuk ikut gelombang ke 2.

Malam Jum'at abis magrib, aku ditelpon adik laki2ku. Dia meminta aku pulang ke rumah ortu. Adik perempuanku sedang bertengkar dengan suaminya. Kebetulan mereka tinggal serumah dengan ayah dan adik laki2ku. Aku sempat emosi dengan hal itu. Kenapa aku yang harus menyelesaikan persoalan mereka? Tidak cukupkah ayahku dan adikku disana menyelesaikannya ? Aku sendiripun saat ini tengah menghadapi masalah juga? Hufh .. Telponpun segera kututup dengan mengatakan kalau sempat aku kesana *jujur .. saat itu aku males banget kesana :(

Namun beberapa saat kemudian, aku berpikir. Kenapa aku harus larut dengan masalah finansialku ?? Bukankah aku sudah pasrah dan menyerah dengan kenyataan ini ?? Mungkin memang ini yang terbaik yang Alloh swt berikan ?? Bukankah lebih baik, aku segera ikut menyelesaikan persoalan adikku ?? Pertanyaan2 itu terus berkecamuk dalam pikiranku. Akhirnya 30 menit kemudian, aku segera tancap gas ke rumah ortuku.

Alhamdulillah .. malam itu aku berhasil membuat semua cooling down. Meskipun masih ada emosi yang tersisa, namun aku yakin dengan solusi yang telah kami sepakati, besok hari akan dijalani dengan baik.

Jam menunjukkan pukul 22.00 wita, saatnya pulang ke kos. Aku kemudian pamit ke ayahku. Beliau bertanya tentang keadaanku. Akupun menceritakan kesulitanku saat ini. Dan sekali lagi .. aku hanya bisa berucap "Subhanallah" ketika ayahku menawarkan bantuannya berupa sejumlah uang yang kuperlukan.

Mungkin berasa aneh. Mungkin ada yang bertanya, kenapa aku baru bilang ke ayahku ?? atau kenapa tidak dari awal bilang kepada beliau tentang masalah ini ?? Hem .. satu rahasia lagi dariku yang aku buka, sejak kuliah s1, aku memang bertekad untuk hidup mandiri. Bukan karena ortuku tidak mampu. Memang keluargaku bukanlah termasuk kelas menengah atas, namun bukan juga menengah bawah. Tepatnya keluarga sederhana. Maksudku hanyalah ingin berterima kasih dan mengurangi beban hidup mereka. Apalagi setelah aku bekerja, seringkali aku membantu kehidupan mereka. Tidak banyak. Bayar listrik, air, beli sembako, kadang2 nraktir mereka makan di luar .. Bahagia rasanya :) Itulah sebabnya, aku baru mengungkapkan masalahku kepada ayahku. Itupun setelah beliau bertanya.

Satu pelajaran yang kudapat dari peristiwa itu, banyak hal yang bisa terjadi jika Alloh swt berkehendak !! Kewajiban kita hanya berusaha dan biarkan skenario-Nya berjalan menuntun kepada apa yang kita perlukan. Coba bayangkan, seandainya aku tidak pergi ke rumah ayahku dan menyelesaikan persoalan adikku ? Atau siapakah yang menggerakkan ayahku untuk bertanya keadaanku ?? Karena pasti aku akan tetap menyembunyikannya jika ayahku tidak bertanya. Subhanallah .. Semua akan indah pada waktunya.

Kuliat airmata mengalir dari si akhwat itu, sedangkan mata temennya juga berkaca2. Mereka tampak terharu sekali dengan ceritaku. Rupanya masalah yang mereka hadapi sangatlah dalam sehingga pengalamanku merasuk dalam hati mereka. Mereka kemudian bangkit dari tempat duduknya dengan semangat, segudang langkah dan strategi untuk meraih target lulus semester ini.

Akupun tersenyum bahagia. Senang rasanya bisa membantu meskipun hanya dengan berbagi cerita dan doa. Semoga Alloh swt memberikan kemudahan bagi mereka berdua. Amin ya Rabb :)(Dini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar