Klinik Motivasi

Kamis, Januari 12, 2012

Pembentukan Moral Etika dan Sopan Santun (Bagian 1)

Akhir-akhir ini kasus kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak semakin marak terjadi. Berdasarkan catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) awal tahun 2012 ini, sudah ada enam kasus yang melibatkan anak dalam hukum. Diantaranya kasus pencurian sendal oleh AAL, yang divonis bersalah dan dihukum dikembalikan ke orang tua, penjambretan yang dilakukan anak karena dipaksa preman di Bali, kakak beradik yang tewas di sel tahanan Polsek Sijungjung (Padang), akibat mencuri kotak amal, perkelahian bocah 7 tahun dan seorang anak hakim 8 tahun di Sangita Laut (Sulawesi Utara), bocah 7 tahun tersebut dikenakan wajib lapor, kakak beradik yang disuruh ayahnya mencuri rumah kosong di Lampung dan seorang anak yang dituding mencuri delapan batang bunga Andelin di Soe, NTT.


Tentu kita prihatin melihat kenyataan ini. Mau dibawa kemana bangsa ini ? Jika generasi muda yang akan menggantikan para pemimpin di masa depan memiliki nilai moral dan etika yang begitu rendah. Berkaitan dengan hal inilah, saya dan dr. Akhmad Fadly Noor, CHt, M.NLP membahas tema "Pembentukan Moral Etika dan Sopan Santun Pada Anak Sejak Dini" tadi siang dalam program Sekolah Ayah Ibu. Acara ini disiarkan setiap hari Kamis pukul 11.00 - 13.00 wita di Abdi Persada FM.

Setiap orang tua "merasa" sudah memberikan yang terbaik untuk anaknya. Sudah "merasa" mendidik dengan benar putra-putrinya. Meskipun tidak menutup kemungkinan, ada juga orang tua yang melalaikan tugasnya mengajarkan kebaikan kepada buah hatinya. Itu pengecualianlah. Tapi mengapa masih terjadi perbuatan anak yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan orang tuanya ?

Menurut dr. Fadly, hal itu disebabkan karena :

1. Tidak ada informasi tentang moral etika dan sopan santun di dalam diri anak.

Sama seperti orang dewasa, ketika anak melakukan suatu perbuatan, hal itu merupakan hasil dari proses berpikirnya yang dia peroleh dari informasi yang didapat baik dari orang tua maupun lingkungan sekitar. Kemudian informasi tadi diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan perbuatan. Apakah dia melakukan atau tidak melakukan perbuatan tersebut. Misalnya orang tua tidak memberikan informasi tentang mencuri adalah perbuatan yang buruk kepada anak. Maka ketika anak dihadapkan pada perbuatan mencuri tersebut (mungkin diajak teman dll)

2. Tidak ada filter dalam diri anak untuk menyaring informasi yang didapat

Jika orang tua merasa sudah memberikan informasi tentang moral etika dan sopan santun kepada anaknya namun ternyata hasilnya berbeda. Si anak melakukan perbuatan yang tidak diharapkan oleh orang tua. Berarti orang tua belum cukup memberikan informasi kepada anak yang dia gunakan sebagai filter/saringan terhadap informasi dari lingkungannya.

dr. Fadly menekankan penting sekali bagi orang tua untuk selalu intropeksi diri. Apakah sudah mendidik anaknya dengan cara yang tepat sehingga hasilnya sesuai dengan harapan ?

#pembahasannya bersambung ke kamis depan, karena tadi lebih banyak menjawab kasus yang disampaikan pendengar melalui telpon :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar